KRONOLOGI NAMA KAMPUNG KAMPUNG DI CEMPAKA OKU
Eksistensi adat dan budaya lokal Cempaka tempo dulu dibawah kewibawaan “Pengiran Tuha”. Beliau adalah seorang warga Cempaka yang telah melangkah maju karena mengenyam pendidikan tinggi sehingga petuahnya didengar dan dipatuhi serta menjadi tokoh panutan masyarakat setempat, sosok yang kharismatik itu menjadi tempat pejabat Pesirah meminta advis dalam pengambilan keputusan.
Ketika Belanda mulai
bercokol, Pengiran Tuha berperan sebagai
tokoh pejuang pergerakan melawan penjajahan. Pengiran Tuha memiliki putera yang
menjadi penerus perjuangan yaitu Pengiran Harun. Kalau anda berkeliling kota Palembang,
suatu saat anda akan mengetahui nama jalan “Kapten A. Rifai” dan jalan “Letkol
Anwar Sastro”. Nama jalan tersebut mengabadikan nama putera Cempaka sebagai tokoh
pejuang agresi II melawan tentara Belanda diwilayah Palembang dan sekitarnya. Kapten
A.Rifai dan Letkol Anwar Sastro adalah kakak-beradik putera dari Pengiran Harun
Cempaka OKU.
Informasi berhasil kami himpun dari
sesepuh iwari Cempaka yaitu H. Dahlan Djaya Sempurna glr Mentri Dermawan bertepatan
dengan tahun baru 1 Januari 2013. H. Dahlan Djaya Sempurna glr Mentri Dermawan adalah
warga kampung 11 Cempaka, pensiunan PNS Depkes yang kini bermukim dibilangan
Rimbo Kemuning Palembang.
Cerita bermula dari sejarah
keberadaan 8 (delapan) kampung di Desa Cempaka. Dikala itu hanya ada delapan
kampung antara lain : Kp. Pengiran, Kp. Radin, Kp. Kaisinda, Kp. Anakputu, Kp.
Rituk, Kp. Tongah, Kp. Kaum dan Kp. Selawi.
Kp. Pengiran, dinamai demikian
itu karena sebelum adanya penamaan dan pengkotakan wilayah kekuasaan Keria di
kampung tersebut telah bermukim “Pengiran Tuha”. Kini bernama kampung satu.
Kp. Radin, pada awalnya bersatu
dengan Kp. Pengiran. Pengaruh keningratan Pengiran Tuha menyebabkan dikampung
tersebut banyak dihuni orang-orang ningrat (Raden) atau orang yang
berpendidikan formal dan masih sanak famili beliau. Wilayah Kp. Pengiran cukup
luas sehingga pada saat itu dibagi menjadi dua kampung dan diberi nama Kp.
Radin. Kini bernama kampung dua.
Kp. Kaisinda, dinamai demikian
itu karena disitu menetap Puyang Sinda Puting yang ahli ibadah. Kini bernama
kampung tiga.
Kp. Anakputu, dinamai demikian
itu karena tidak sedikit dari warganya yang memiliki kehebatan dan kesaktian
(ahli dalam bidang supra natural). Kini bernama kampung empat.
Kp. Rituk, dinamai demikian itu
karena suasana yang sering “heboh” saat mereka beraktifitas, anak mudanya dijaman
dulu bergaya “metal”. Kini bernama kampung lima.
Kp. Tongah dinamai demikian itu
karena dalam pengkotakan wilayah Cempaka, kampung tersebut berada ditengah. Kini bernama kampung enam.
Kp. Kaum, dinamai demikian itu
karena di kampung tersebut banyak ulamanya. Kini bernama kampung tujuh.
Kp. Selawi, dinamai demikian itu
karena segala gawi (pekerjaan dan perhelatan) dilakukan secara beramai-ramai,
kompak, saling ajak untuk bergotong royong. Nama tersebut diberikan ketika pada awal pendirian kampung 8
bertepatan dengan digalakkannya pola hidup gotong-royong. Kampung Selawi
mengalami perkembangan pesat seiring dengan laju pertumbuhan penduduk Cempaka
sehingga warga kampung Selawi disebar
dalam 4 kampung yaitu kampung delapan, kampung sembilan, kampung sepuluh
dengan batas jerambah (jembatan) dan kampung 11. Sebagian tokoh berpendapat bahwa sebut "Selawi" artinya Duapuluh Lima, hal ini berhubungan dengan istilah "Malaman Selawi" atau malam ke duapuluh lima dalam shiam ramadhan. Dimalaman selawi tersebut dilaksanakan peningkatan amaliah dzikrullah guna menyambut kehadiran lailatul qodar.
Posisi kampung-kampung di Cempaka seperti pada bagan ini :
Kampung sebelas dirintis oleh Punggawa Pandita Radja. Ketika itu Pandita Radja kalah tipis dengan Mangkoe Morga dalam persaingan pemilihan Punggawa Kampung Sepuluh, lalu Pengiran Tuha menyarankan kepada Pandita Radja agar mendirikan Kampung Sebelas dan menjabat sebagai Punggawa di kampung yang baru didirikan. Saran tersebut diterima Pandita Radja selanjutnya beliau mendatangi para kepala keluarga yang bermukim dan bersawah di tepi rawa (di Danau). Warga Danau itu sebagaiannya ada yang berasal dari Ogan, ada yang dari Sukobumi, ada yang dari Harisan dan sebagainya. Mereka diberi lahan gratis untuk mendirikan rumah tempat tinggal di kampung sebelas. Oleh sebab itu kampung sebelas merupakan lokasi baru yang dihuni oleh warga pendatang. Sehingga warga kampung sebelas merupakan warga campuran yang sebagiannya adalah warga kampung Selawi dan sebagian lagi muhajirin. Walau demikian dibawah kepemimpinan Punggawa Pandita Radja, peri kehidupan yang kompak dalam “segala gawi” menjadikan dinamika kehidupan kampung sebelas sama seperti dikampung 8, 9 dan 10. Oleh sebab itu masyarakat luas melihat bahwa kampung sebelas juga termasuk bagian dari kampung selawi.
Posisi kampung-kampung di Cempaka seperti pada bagan ini :
Kampung sebelas dirintis oleh Punggawa Pandita Radja. Ketika itu Pandita Radja kalah tipis dengan Mangkoe Morga dalam persaingan pemilihan Punggawa Kampung Sepuluh, lalu Pengiran Tuha menyarankan kepada Pandita Radja agar mendirikan Kampung Sebelas dan menjabat sebagai Punggawa di kampung yang baru didirikan. Saran tersebut diterima Pandita Radja selanjutnya beliau mendatangi para kepala keluarga yang bermukim dan bersawah di tepi rawa (di Danau). Warga Danau itu sebagaiannya ada yang berasal dari Ogan, ada yang dari Sukobumi, ada yang dari Harisan dan sebagainya. Mereka diberi lahan gratis untuk mendirikan rumah tempat tinggal di kampung sebelas. Oleh sebab itu kampung sebelas merupakan lokasi baru yang dihuni oleh warga pendatang. Sehingga warga kampung sebelas merupakan warga campuran yang sebagiannya adalah warga kampung Selawi dan sebagian lagi muhajirin. Walau demikian dibawah kepemimpinan Punggawa Pandita Radja, peri kehidupan yang kompak dalam “segala gawi” menjadikan dinamika kehidupan kampung sebelas sama seperti dikampung 8, 9 dan 10. Oleh sebab itu masyarakat luas melihat bahwa kampung sebelas juga termasuk bagian dari kampung selawi.
Kampung 12 adalah kampung
terujung setelah pemekaran Desa Cempaka. Penghuni kampung dua belas sebagian
besar adalah para pendatang yang seiring dengan berjalannya waktu mereka berassimilasi dengan warga kampung 1
sampai kampung 11 sehingga sampai kini kekerabatan dan pertalian famili menyebabkan
mereka berada dalam satu kesatuan dan kebersamaan sebagai masyarakat Desa
Cempaka yang harmonis.
Ombay haji dan akas haji cantik dan gantwng :)
BalasHapusOmbay haji dan akas haji cantik dan gantwng :)
BalasHapusUntuk sekedar berbagi Informasi, Semoga bermanfaat. Jika yang dimaksud Pangiran Tuha adalah Pangeran Haji Muhammad Saleh, maka beliau memiliki anak 1. H. Agus, 2. Muyang (Pangeran) Harun, 3. Muyang (Pangeran) Hasan Kasim.
BalasHapusompai paidai curitana... tarima kasih ombai akas kok ngunjukko infona
BalasHapusTarima kasih ombay akas info sikam ja jak kampung 2,,, baruyut sikam H. Bakri WD-M.Isa.WD-Zainuddin. WD-Firmansyah. WD
BalasHapusCaknyo kito satu marga kak, Akasku namonyo Husin WD bin Timbul dr Kp2
Hapuskamahapan..Mon Mak salah pangkatnna anwar Sastro na layon da letkol tp gogohda kapten hodda.ina kok JD Golar rangraya pas kuruk tiuh Jak simpang Tolu guk lom
BalasHapusSalam botik kolpah pirawi, jak cempaka kp anak putu,
BalasHapusSalam botik kolpah pirawi, jak cempaka kp Selawi
BalasHapusRbk Muhammad sakirin edo.. Tinggal dimano kamu skrg?
BalasHapus